THE LEGEND -SLIDE

The Legend

The Legend

Januari 26, 2010

THE LEGEND V - CALENDER and TIMES (PARHALAAN)


Parhalaan  

Parhalaan merupakan sistem almanak atau kalender batak, berdasarkan pergerakan waktu (Pane Na Bolon). Pustaha Parhalaan pada dasar nya dibuat dari kulit binatang dan kulit kayu serta digunakan untuk pedoman suatu kegiatan.Misal kapan harus diadakan kegiatan saat menanam atau memanen, kapan saat yang tepat untuk mengadakan pesta pernikahan, membangun rumah dan lain-lain.

Kalender Batak ini banyak di jumpai di Pulau Samosir . Akan tetapi, bukan berarti di daerah lain sekitar Sumatera Utara kalender tidak dapat ditemui. Ini disebabkan kalender ini (yang beragam bentuknya) telah menjadi bagian dari industri kerajinan di Sumatera Utara secara umum sebagai sebuah suvenir untuk turis. Meski demikian, kalender/penanggalan Batak tidaklah semata artefak fisik budaya karena ia lebih sebuah refleksi pengetahuan untuk penyelenggaraan kegiatan yang dimanifestasikan terhadap fenomena alam, perbintangan, gerak matahari, perjalanan bulan yang mengelilingi bumi. Kalender Batak dengan demikian merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang menjadi warisan budaya. Adapun warisan-warisan budaya tersebut di susun/di tulis oleh para leluhur suku Batak yang di kenal dengan sebutan pustaha. Dengan ukuran yang bervariasi, kalender Batak atau parhalaan biasanya terdiri dari 12 ruas bambu yang juga berarti 12 bulan dan setiap ruas memuat masing-masing 30 hari. Namun, ada juga parhalaan yang terdiri atas 13 ruas. Ruas bambu pertama terletak dipinggir kanan dan ruas bambu ke-dua belas terletak di pinggir kiri. Hal ini dapat lihat dari torehan angka urut 1-12 dari kiri ke kanan. Pada prinsipnya, kalender tersebut tidak pernah dipakai untuk penanggalan melainkan ditujukan untuk meramal hari baik yang disebut panjujuron ari.Karena parhalaan didasarkan pengitaran bulan mengelilingi bumi, satu tahun terdiri atas 12 bulan, masing-masing 30 hari sehingga keseluruhan hari berjumlah 355 hari.Pada diagram parhalaan yang tertoreh di atas permukaan ruas bambu, tampak 12 atau 13 bulan dengan masing-masing batasan hari dengan garis melintang dan membujur. Selain itu, tampak pula beberapa garis sudut menyudut yang masing-masing berpangkal pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 di bulan purnama. Pada bulan kedua, hari yang kena garis diagonal tersebut adalah hari ke-6, ke-13, dan seterusnya. Hari-hari ini dikenal sebagai ari na pitu -- hari-hari yang ketujuh yang harus dihindarkan jika ingin memulai suatu pekerjaaan yang baru. Selain ari na pitu tersebut, terdapat gambar kalajengking (hala) yang telah tersebut di atas. Pada hari yang ditempati kepala, badan, atau ekor menandakan tidak diperbolehkannya upacara apa pun dilakukan. Hari-hari yang lain ditandai dengan bermacam-macam lambang yang tidak selalu seragam. Hari yang baik biasanya ditandai dengan sebuah titik yang melambangkan butir padi, sedangkan hari yang tidak menentu ditandai dengan tanda silang. Hari-hari yang lain biasanya kurang menguntungkan. Beberapa hari juga ditandai dengan huruf.Pada parhalaan hari yang ditandai  : 

01.(ha) (na) (ta) dan (o) adalah hari baik... 

02.(ra) menandai hari yang dapat diragukan... 

03.(pa) (sa) (la) (nga) (ngu) (hu) (ba) menandai hari yang buruk...

Dengan membaca parhalaan, setidaknya kita temui prinsip Batak yang disebut Dalihan Natolu yang secara bahasa berarti 'satuan tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu'. Pada zamannya, masyarakat Batak punya kebiasaan memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu dalam bahasa Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak.

Pustaha Parhalaan terdiri dari :


01.Parhalaan........Untuk menilik hari baik atau hari buruk

02.Panggilingan....Untuk menilik dan menerangkan lebih lanjut sifat dari (hari) tersebut di dalam parhalaan


03.Pandesaon.......Untuk mencocokkan urutan hari-hari tersebut agar tidak terlanggar Pane Na bolon.

Pustaha Parhalaan ini terbagi empat dalam masyarakat suku Batak Toba yakni :

01.Pustaha Si Baganding...................di gunakan dalam bius Balige

02.Pustaha Parbuhitan.......................di gunakan dalam bius Uluan

03.Pustaha Si Tua hoda.....................di gunakan dalam biusPangururan

04.Pustaha Si Tiga Bulan...................di gunakan pada umum nya seluruh suku Batak.


Untuk dapat mengetahui kegiatan yang hendak dilakukan dan tepat guna maka suku Batak membagi waktu yang bertitik tolak dari hasil pengamatan dan penglihatan alam tersebut adalah sebagai berikut :

Pengetahuan tentang Tahun
Pemikiran tentang Tahun di anggap selalu berulang-ulang bagi masyarakat suku Batak sehingga tidak pernah membuat suatu titik tolak permulaan tahun (Tarikh).

Pengetahuan tentang Bulan
Satu tahun terdiri dari 12 bulan dan setiap tiga tahun sekali pada tahun ke-4 terdapat bulan 13 (Lamadu). Bulan pertama jatuh diantara bulan Maret-April (tahun Masehi), adapun nama bulan-tersebut adalah sebagai berikut :
01.Sipaha Sada................(Bulan Pertama)
02.Sipaha Dua.............................(II)
03.Sipaha Tolu............................(III)
04.Sipaha Opat...........................(IV)
05.Sipaha Lima...........................(V)
06.Sipaha Onom..........................(VI)
07.Sipaha Pitu.............................(VII)
08.Sipaha Ualu............................(VIII)
09.Sipaha Sia...............................(IX)
10.Sipaha Sampulu......................(X)
11.Li..............................................(XI)
12.Hurung....................................(XII)
13.Lamadu....................................(XIII)

Pengetahuan tentang hari
Satu bulan sama dengan 30 hari. Adapun nama hari-hari tersebut adalah :
01.Artia
02.Suma
03.Anggara
04.Muda
05.Boraspati
06.Singkora
07.Samisara
08.Antian ni Aek
09.Suma ni Mangadap
10.Anggara Sampulu
11.Muda ni Mangadap
12.Boraspati ni Tangkok
13.Singkora Purnama
14.Samisara Purnama
15.Tula
16.Suma ni Holom
17.Anggara ni Holom
18.Muda ni Holom
19.Boraspati ni Holom
20.Singkora Mora Turun
21.Samisara Mora Turun
22.Antian ni Anggara
23.Suma ni Mate
24.Anggara ni Begu
25.Muda ni Mate
26.Boraspati na Gok
27.Singkora Duduk
28.Samisara Bulan Mate
29.Hurung
30.Ringkar

Pengetahuan tentang (waktu) dalam satu hari,peredaran matahari (terbit dan terbenam nya) yang terbagi menjadi dua bagian waktu yakni Arian dan Borngin.
Untuk Arian :
01.Binsar Mataniari...............06:00(wib)
02.Pangului...........................07:00(wib)
03.Tarbakta..........................08:00(wib)
04.Akta Raja........................09:00(wib)
05.Sagang Ari.......................10:00(wib)
06.Humarang........................11:00(wib)
07.Hos.................................12:00(wib)
08.Guling..............................13:00(wib)
09.Guling Dao......................14:00(wib)
10.Tolu Gala.........................15:00(wib)
11.Dua Gala.........................16:00(wib)
12.Sagala..............................17:00(wib)
13Sundut/Mate ni Mataniari..18:00(wib)

Untuk Borngin :
14.Samon.................................19:00(wib)
15.Hatiha Mangan....................20:00(wib)
16.Tungkap Hudon...................21:00(wib)
17.Sampe Modom...................22:00(wib)
18.Sampe Modom na Bagas.....23:00(wib)
19.Tonga Borngin.....................24:00(wib)
20.Haroro ni Panangko.............01:00(wib)
21.Tahuak Manuk Sahali..........02:00(wib)
22.Tahuak Manuk Dua hali.......03:00(wib)
23.Buha-buha Ijuk....................04:00(wib)
24.Torang ni Ari.......................05:00(wib)

Secara khusus lagi terbagi dalam 5 besar Waktu yaitu :
01.Sogot.........05:00-07:00(wib)
02.Pangului.....07:00-11:00(wib)
03.Hos...........11:00-13:00(wib)
04.Guling........13:00-17:00(wib)
05.Bot............17:00-18:00(wib)

Pengetahuan akan musim
Untuk mengetahui keadaan iklim, cuaca angin petunjuk (kompas) dll, suku batak juga membagi arah mata angin menjadi (8) yang di kenal sebagai Desa Na Ualu yakni :
01.Purba = Timur
02.Anggoni = Tenggara
03.Dangsina = Selatan
04.Nariti = Barat Daya
05.Pastima = Barat
06.Manabia = Barat Laut
07.Utara
08.Irisanna = Timur Laut

Pengetahuan waktu lainnya
Dalam kehidupan sehari-hari nya suku Batak juga masih membagi waktu diantara nya adalah :
01.Sangkidop Mata...................Sekejap Mata
02.San Sillam............................Sekilas
03.Satongkin.............................Sebentar
04.Satangkir Isap
05.Sasaindahan
06.Sangombas...........................Sekali
07.Sahatiha...............................Seketika
08.Sadari saborngin...................Satu hari satu malam
09.Saonan.................................Satu minggu
10.Sabulan................................Satu bulan
11.Sauris...................................Semasa penyakit Ayam
12.Sangenge..............................Semasa penyakit cacar
13.Saumur jolma........................Seumur hidup
14.Sasundut...............................Satu generasi
15.Sa Abad...............................Selama 100 tahun.

Parhalaan merepresentasikan cara pandang hari baik dan hari yang buruk Pada gilirannya merupakan refleksi sistem kepercayaan/falsafah Batak terhadap alam kosmis. Karena parhalaan merupakan pijakan penting untuk menentukan berbagai acara adat, dengan sendirinya termaktub pula sistem-sistem kepercayaan lain sehubungan dengan kaitan antara laki-laki-wanita, dominasi gender, keutamaan hierarki. Di saat bersamaan menggandeng pula wacana keharmonisan yang terletak di antara cara pandang dualistik.

Meski di masa sekarang parhalaan jarang dipergunakan, sebagai refleksi astronomi masyarakat Batak, pengetahuan untuk memahami dunia luar dengan dunia dalam atau dunia atas dengan dunia bawah adalah kekayaan khazanah ilmu pengetahuan lokal yang penting.  Mungkin perlu dicatat bahwa kelompok suku Batak yang masih menggunakan kalender ini adalah kelompok Parmalim. Parmalim adalah aliran kepercayaan yang berdasarkan pada agama leluhur Batak.

September 06, 2009

THE LEGEND IV - WHO AM I ???

Saya akan mencoba untuk mengungkapkan misteri perihal silsilah saya sendiri yang mungkin suatu saat dapat berguna di dalam meneruskan sekaligus mempertahankan apa yang telah diwariskan oleh pendahulu saya kepada generasi berikut nya.Untuk mempersingkat penulisan silsilah ini  saya menggunakan metode penulisan silsilah Batak secara umum, ada baik nya juga kita  melihat apa yang telah saya tulis dalam (THE LEGEND I).


Raja Batak

1.Guru Tatea Bulan (Raja Ilontungan)@
2.Raja Sumba (Raja Isombaon)

GURU TATEA BULAN (Ilontungan)
Tatea Bulan artinya "Tertayang Bulan"

Raja Sumba ( Isombaon) artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:

1. Golongan Tatea Bulan = Keluarga Bulan = Golongan (Pemberi boru)  Disebut juga golongan Hula-hula = Golongan Ilontungan.
2. Golongan Isombaon = Keluarga Matahari = Golongan Anak. Disebut juga Golongan Parboru = Golongan Sumba.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja), para orang tua menyebut( Mangaraja, artinya Maha Raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

Guru Tatea Bulan (Ilontungan)

1.1   Raja Uti
1.2   Tuan Saribu Raja@
1.3   Limbong Mulana
1.4   Sagala Raja
1.5   Silau Raja
1.6   Si Boru Pareme
1.7   Si Boru Anting Sabungan
1.8   Si Boru Biding Laut
1.9   Si Boru Sanggul Haomason
1.10 Si Boru Nan Tinjo (tidak menikah).

Raja Uti
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng).. Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, secara kemanusiaan Beliau mendapatkan (amanat dari Ompu Mula Jadi Nabolon) sebagai penerus untuk menjalankan roda Kerajaan pada masa itu.(Raja Uti) berkuasa di antara dinasti terakhir masa nya (Dinasti Sori Mangaraja) dengan dinasti yang baru (Singa Mangaraja) dan beliau mendapatkan amanat juga untuk menobatkan serta menyerahkan harta pusaka Kerajaan Batak kepada Raja yang baru (dinasti Singa Mangaraja) kelak jika Raja tersebut hadir di hadapan nya dan sesuai dengan wangsit yang diterima oleh Raja Uti dari Ompu Mula Jadi Nabolon. bahwa tiba saat nya keponakannya (bere) Raja Manguntal Sinambela yang sesuai dengan wangsit tersebut untuk dinobatkan menjadi Raja (meneruskan dinasti Sori Mangaraja dengan dinasti baru) yakni Dinasti Singa Mangaraja, namun dalam kekuatan spiritual tetap berpusat pada Raja Uti. Adapun dinasti Sori Mangaraja bertahta selama 90 generasi di tanah Batak (berdasarkan turi-turian Batak).

Tuan Sariburaja
Sariburaja adalah nama putera kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).Dalam suatu kesempatan ke dua kakak beradik ini saling jatuh cinta, sehingga mereka melakukan hal yang melanggar adat di masa itu (incest) yang melahirkan putera bernama
Raja Lontung (1).
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudara nya (Limbong, Sagala Raja dan Silau Raja) maka ketiga saudara nya tersebut sepakat untuk membunuh keduanya. Kesepakatan ini pada akhir nya di bocorkan oleh Silau Raja pada suatu kesempatan, sehingga mereka berdua melarikan diri.( Sebelum mereka berdua melaksanakan niat nya Sariburaja memberikan sebuah cincin yang kelak di pasangkan ke jari anak nya jika sudah dewasa sebagai tanda).Agar mereka dapat lolos dari pengejaran maka Sariburaja dan Boru Pareme memisahkan diri (berpencar ) dalam pelariannya, dengan memberi suatu tanda berupa kepulan asap, jika sudah keluar dari perkampungan tersebut.(tapi sampai saat anak mereka lahir mereka berdua tidak pernah lagi bertemu). Boru Pareme dalam pelariannya sempat bertemu dengan Harimau di tengah-tengah hutan yang lebat. Harimau tersebut ketika di hampiri Boru Pareme sedang mengalami kesakitan akibat dari memangsa korbannya yakni seekor babi hutan, gigi Harimau tersebut tersangkut oleh tulang babi hutan yang habis di mangsa nya. Dengan ketulusan hati nya Boru Pareme menolong Harimau tersebut agar terlepas dari masalah nya tersebut. Sejak saat itulah Sang Harimau mengadakan perjanjian dengan Boru Pareme bahwa antara Harimau dengan keturunan Boru Pareme tidak akan saling membunuh dan akan saling membantu. Harimau tersebut bagi keturunan Raja Lontung di kenal dengan nama (Babiat Sitelpang). Boru Pareme selalu di temani oleh Harimau tersebut. Kelak dikemudian hari Harimau ini pula yang membantu persalinan si Boru Pareme, dan menjadi sahabat karib anak nya. Harimau ini pula yang banyak mengajarkan pengetahuan dan keterampilan ke pada Raja Lontung.

Dalam pelariannya Sariburaja bertemu dengan seseorang di tengah hutan yang lebat,(kabar nya Sombaon). Mempunyai seorang puteri yang bernama Nai Mangiring Laut. Sariburaja jatuh hati terhadap puteri tersebut sehingga mereka pun menikah dan puteri tersebut melahirkan seorang putera yang di beri nama Raja Borbor (2). Sebelum Raja Borbor lahir Sariburaja menyatakan niat nya untuk berkelana mencari abang nya Raja Uti ke Barus. Sehingga menitipkan sebuah cincin dan memberikan nya ke pada Nai Mangiring Laut, yang kelak jika si anak telah dewasa di pasangkan ke jemari nya sebagai tanda.

Sariburaja di dalam pengembaraan nya juga menikahi kembali seorang puteri yang juga memberi nya seorang putera yang diberi nama Si Raja Babiat (3). Di kemudian hari Si raja babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.(Versi lain mengatakan Sariburaja mengawini seekor Harimau di dalam pengembaraannya)
Karena selalu dikejar-kejar dan diintai oleh saudara-saudaranya, Sariburaja selalu berkelana. Banyak daerah yang telah Dia singgahi.. ( menurut turi-turian Batak )

2.Tuan Sariburaja

2.1 Raja Lontung@
2.2 Raja Borbor
2.3 Raja Babiat

Raja Lontung
SI RAJA LONTUNG. Menikah dengan Sang Ibu. Hal ini adalah tipu muslihat sang Ibu ( Boru Pareme) agar putera nya si Raja Lontung tidak dapat mengunjungi paman nya (tulang) untuk menikahi salah satu puteri dari tulang nya tersebut (dalam konteks adat Batak memang sangat bagus/dianjurkan seorang putra Batak menikahi puteri Pamannya) Boru Pareme masih takut jika saudara laki-lakinya (tulang si Raja Lontung) masih marah akibat peristiwa belasan tahun lalu (incest) yang membuat malu kewibawaan Raja Batak masa itu yang terkenal dengan hukum dan adat nya di seluruh penjuru dunia. (Masa mereka adalah masa akhir dari dinasti Sori Mangaraja versi .......?)

Raja Lontung Mempunyai 7 orang putra dan 1 orang putri

Karena semua putera dan puteri dari Si Raja Lontung berjumlah 8 orang, maka mereka sering di juluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Simamora,Sihombing.
Si Sia Marina = SembilanManusia Terlahir dari Rahim Satu Ibu yang berarti : Boru Pareme melahirkan 8 putera dan 1 puteri (Raja Lontung+((anak-anak Raja Lontung 7)) + boru nya 1)

Putri Raja Lontung pertama menikahi Toga Simamora (Boru Panggabean) yang melahirkan tiga putra. Sebelum putra-putra nya dewasa Toga Simamora memutuskan untuk berkelana. Sampai lah dalam pengembaraannya tersebut Toga Simamora bertemu dengan se orang puteri Raja Setempat di daerah Pakkat. Raja tersebut bernama Raja Alang Pardosi. Ternyata mereka saling jatuh hati dan memutuskan untuk menikah meskipun Toga Simamora telah berterus terang bahwa dia telah mempunyai isteri dan berputera tiga orang. Belakangan lahir lah juga seorang putera dari hasil pernikahan nya tersebut di daerah Pakkat yang di beri nama
Tuan Sumerham juga di sebut Toga Rambe.
Setelah sekian lama tidak ada kabar berita dari pengembaraan nya tersebut Si Boru Panggabean sangat lah bersedih hati karena tidak mengetahui apakah suami nya itu masih hidup atau telah meninggal.Karena melihat kesedihan kakak ipar nya tersebut (Angkang Boru) maka Toga Sihombing berusaha menghibur nya, lama kelamaan saling jatuh hati llah mereka sehungga memutuskan untuk menikah, dengan perjanjian untuk menukar nama nya menjadi Boru Amakpandan agar tidak terjadi di kemudian hari hal-hal yang tidak diinginkan oleh anak-anak mereka kelak,(Mungkin di masa Itu Ayah mereka Toga Simamora dan Toga Sihombing yaitu Raja Sumba II dan Ayah dari Boru Panggabean Raja Lontung masih hidup dan merestui akibat dari situasi ini)

2.1 Raja Lontung
 
2.1.1 Sinaga Raja
2.1.2 Tuan Situmorang
2.1.3 Raja Pandiangan br Sagala...?@
2.1.4 Raja Nainggolan
2.1.5 Raja Simatupang
2.1.6 RajaAritonang
2.1.7 Siregar

2.1.3.1 (1) Datu Ronggur (Guru Mombang Pillian)@
                                                                                                
1.1 Raja Bunga-bunga (Sarang Banua) (Sebayang)

1.2 Soliin
1.3 Guru Solandason@

3.1a Guru Pinayungan@

1a.1b Parhutala br Simbolon...?@

Parhutala
Parhutala bermukim di wilayah Pandiangan Sirait (Palipi) yang secara turun temurun merupakan tanah warisan dari nenek moyangnya Raja Pandiangan. Di masanya Parhutala adalah orang yang sangat disegani dan kaya raya. Parhutala menikah dengan boru Simbolon (menurut sumber...?) dan dikaruniai dua putra serta tiga
putri. Ketiga putrinya konon berparas cantik jelita, sehingga ketika beranjak dewasa ketiga putrinya ini banyak pemuda yang mengagumi dan jatuh hati dengan mereka. Namun ketiga putrinya ini berprilaku aneh di masa itu. Pada siang harinya mereka hanya pergi ke mual (tempat permandian para putri raja) untuk berdandan merias diri, kemudian malam harinya hanya bertenun.

Pada suatu kesempatan ada seseorang pria yang tampan dan gagah yang berasal dari dolok Ulundarat di seberangnya kampung Parhutala yang bernama Guru Sodungdangon, yang kemudian menghampiri boru Saroding. Boru Saroding pun menyambut ramah pria tersebut (dimata boru Saroding pria ini begitu tampan dan gagahnya).Boru Saroding tidak mengetahui bahwa pria tersebut sebenarnya bukan dari golongan manusia, melainkan Sombaon (makhluk halus/siluman) penguasa/raja di dolok Ulundarat. Keduanya pun saling jatuh cinta dan bersepakat untuk kawin lari (mangalua). Ketika tiba saatnya, si Boru Saroding itu pun diluahon oleh Guru Sodungdangon pada malam hari. Hanya dengan menggunakan Bulung ni Sungkit (daun Sungkit) sebagai solu (perahu) mereka untuk menyebrangi danau menuju dolok Ulundarat. Sesampainya di kediaman Guru Sodungdangon mereka pun langsung merayakannya. Akan tetapi setelah tinggal beberapa lama dengan suaminya, terkejutlah si Boru Saroding melihat wujud dan rupa suaminya itu, jika disiang hari berwujud ular besar dan berkaki (naga), kemudian pada malam harinya berubah wujud menjadi pria tampan dan gagah.
Berjarak sebulan kemudian (Sombaon) penguasa dolok di Janjiraja Guru Mangiringaji juga melakukan hal yang serupa dengan si Boru Nahot. Sebulan kemudian, Sombaon penguasa di Pananggangan, Guru Saniang Naga Tunggal dengan si Boru Menakenak. Semuanya terjadi pada malam hari, sehingga tidak ada yang mengetahui.

Semasa hidupnya, Parhutala pernah berpesan kepada kedua putranya untuk membangun sebuah rumah Parsantian (rumah peninggalan turun temurun) sebagai lambang persatuan dari keturunan mereka kelak. serta mencari ito (saudara perempuan mereka) yang menghilang dari rumah. Dan semua diperkirakan mangalua dengan pemuda asing.

Raja Humirtap (diperkirakan telah menikah) baru dikaruniai seorang putri, kemudian mengajak adiknya Raja Sonang untuk merundingkan amanat ayah mereka tersebut. Mereka berdua sepakat untuk pergi ke dolok Ulundarat untuk mencari bahan kayu dan rotan sebagai keperluan pembangunan rumah Parsantian tersebut. Sesampainya mereka disana (di tengah hutan), sayub mereka mendengar suara wanita yang bernyanyi sambil menenun. Suara nyanyian tersebut sangatlah tidak asing bagi mereka. Sehingga timbullah rasa penasaran mereka untuk mendatangi sumber suara nyanyian tersebut. Setelah mereka dapati, terkejutlah mereka melihat sosok wanita yang bernyanyi itu, karena ternyata wanita itu adalah Ito mereka yang telah lama menghilang (si Boru Saroding).

Boru saroding kemudian mengajak Raja Humirtap dan Raja Sonang ke tempat kediamannyauntuk mengobrol dan saling melepas rindu. Selang waktu mereka mengobrol maka tak lama kemudian datanglah Guru Sodungdangon pulang dari perburuannya di hari itu. Si Boru Saroding segera menyembunyikan kedua ito nya tersebut, khawatir akan menjadi mangsa suami nya. Sesampai nya di tempat kediaman nya Guru Sodungdangon seperti mencium ada manusia-manusia lain berada ditempatnya dan bertanya kepada sang istri "Apakah ada tamu yang mengunjungi kediaman kita?". Si Boru Saroding tidak dapat mendustai suami nya tersebut, sehingga dia menjawab "Ya,  ada dua ito ku yang berkunjung  ." Tidak di sangka-sangka Guru Sodungdangon menyatakan ingin menemui dan bersenda gurau dengan para lae nya itu (hula-hula), karena sampai saat mereka menikah Guru Sodungdangon belum pernah sekalipunberbincang-bincang dengan hula-hula nya. Dalam pertemuan tersebut Guru Sodungdangon mempertanyakan perihal sehubungan kedatangan mereka ke dolok Ulundarat. Kemudian mereka berdua menjelaskan tujuan mereka untuk mencari bahan-bahan kayu dan perabotannya untuk mendirikan rumah parsantian yang merupakan amanat  langsung dari Ayah mereka sebelum meninggal dunia, serta juga untuk meminta sinamot (mahar kawin) atas pernikahan Guru Sodungdangon dengan ito mereka (Boru Saroding).

Mendengar  hal yang disampaikan tersebut, Guru Sodungdangon menyatakan kesediaannya untuk membayar sinamot serta membantu menyediakan bahan-bahan kayu tersebut. Kemudian Guru Sodungdangon beranjak ke luar guna mempersiapkan keperluan yang akan di bawa oleh mereka. Tidak lama kemudian Guru Sodungdangon kembali dengan membawa :
1. dua buah hajut (kantong dari pandan) yang isi nya tidak diberitahukan;
2. dua buah tabung bambu yang berisi bulu ternak;
3. dua potongan kayu yang panjang nya satu jengkal jari;
4. dua potongan rotan yang panjang nya satu jengkal jari.
Kesemuanya ini masing-masing diberikan satu kepada mereka dan berpesan agar :
1. isi yang di dalam hajut jangan di lihat sebelum tujuh hari tujuh malam;
2. tabung bambu agar diguncang-guncang dan isi nya dikeluarkan sesampainya mereka tepi danau kediaman mereka;
3. potongan kayu agar langsung dilemparkan di halaman rumah mereka masing-masing;
4. potongan rotan juga sama dengan pesan no.3;
5. jangan menoleh ke belakang !!! Dalam perjalanan pulang.
Setelah itu bergegas pamit lah Raja Humirtap dan Raja Sonang.

Dalam praktek nya Raja Sonang lah yang menjalankan pesan dari lae nya (Guru Sodungdangon). Berbeda dengan Raja humirtap, tidak satupun pesan yang dijalankannya. Dan setelah itu mereka mendirikan rumah parsantian tersebut.

Setelah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh mereka berdua semenjak dari dolok Ulundarat sampai pesan yang harus dijalani pemberian Guru Sodungdangon maka semakin kaya raya lah Raja Sonang. Sementara Raja Humirtap tidak mendapatkan apapun juga dari pemberian lae nya tersebut. Karena hal itu maka Raja Humirtap menemui Raja Sonang untuk meminta sebagian hewan ternak dan kepingan emas yang dia dapatkan dari hajut pemberian itu. Raja Sonang tidak mau serta mengatakan bahwa mereka  berdua telah diberikan masing-masing oleh Guru Sodungdangon. Pada akhir nya mereka berdua pun saling berselisih.

Dengan hati yang penuh amarah pernah suatu hari Raja Humirtap merencanakan ingin membunuh adiknya itu, hal ini dibocorkan oleh putrinya sendiri ke amangudanya (adik dari ayahnya) mendengar hal ini Raja Sonang sangat kagum dan terharu, sehingga dia berjanji jika kamu mempunyai permasalahan kelak datanglah ke amang uda. Demikian pula sebaliknya dengan putri Raja Sonang setelah mendengar perselisihan antara ayah dengan amangtuanya serta rencana pembunuhan tersebut dari kakaknya segera menemui amangtuanya tersebut untuk mendamaikan segala pertikaian yang terjadi pada waktu itu. Raja Humirtap pun sangat kagum dan terharu dengan putri adiknya ini sehingga berjanji kepadanya agar jika mempunyai permasalahan kelak datanglah ke amangtua. Setelah itu bergegaslah Raja Humirtap menuju kediaman Raja Sonang untuk membunuh nya, tetapi Raja Sonang sudah tidak berada di tempat,  sayup dia mendengar suara di kejauhan "Aku si Raja Sonang dan seluruh keturunanku kelak tidak akan pernah bersatu lagi kecuali putri-putri kita yang berani menyatakan kejujuran dan ingin selalu membuat kita berdamai...ingat itu raja Humirtap!!!" Saat menyatakan sumpah nya tersebut Raja Sonang duduk diatas kerbau kesayangannya meninggalkan kampung halaman orangtuanya.

Perkiraan si Boru Saroding akan melahirkan anak dengan bentuk yang normal ternyata meleset. Anaknya yang lahir berbentuk ular dan berkaki, hal ini membuat dia sangat kecewa sekali. lalu pergi meninggalkan Guru Sodungdangon. Ketika dalam perjalanannya menyeberangi danau menuju tempat orangtuanya (Palipi), si Boru Saroding tenggelam. Tempat tenggelamya itu sampai sekarang menjadi tempat keramat di daerah itu. 


1a.1b Parhutala
1b.1 Raja Humirtap...(menggunakan marga Pandiangan sampai sekarang)
1b.2 Raja Sonang br Sitindaon@
1b.3 Boru Saroding
1b.4 Boru Menakenak
1b.5 Boru Nahot

2.1 Raja Gultom...? (I)@
2.2 Raja Samosir (salah satu dari keturunannya menggunakan
marga Harianja)
2.3 Raja Pakpahan
2.4 Raja Sitinjak

Raja Gultom
1. GULTOM HUTATORUAN atau TUJUAN LAUT, anak tertua, manjae ke pinggir danau yang namanya Sukkean dekat Onan Runggu itulah sebabnya Gultom Hutatoruan dimana disebut Gultom Tujuan Laut karena mereka berdomisili di tepi danau Toba.

2. GULTOM HUTAPEA, anak kedua, menetap di Gonting yang artinya bukit dan memang kampung ini tertelak di perbukitan namun ada airnya makanya disebut huta pea. Pea artinya adalah air.


3. GULTOM HUTABAGOT, anak ketiga dari Toga Gultom. Bagot artinya pohon nira/tuak.


4. GULTOM HUTABALIAN adalah anak bungsu dari empat bersaudara, balian artinya ladang. Mereka berdomisili disekitar teritorial Gultom. Di atas dolok yang berbatasan dengan Sibual-bual marga Sitindaon
.

Pernah terjadi perselisihan di marga Gultom mengenai hal berapa sebenar nya keturunan dari Ompu ini. Pada suatu masa tertentu kemungkinan sebelum tahun 1980an, umumnya marga Gultom  yang bukan dari keturunan ompu Huta Balian banyak yang menuliskan silsilahnya Ompu Toga Gultom hanya mempunyai 3 putra (HutaToruan, Hutapea, HutaBagot), tanpa menyertakan Huta Balian. Hal ini pernah Saya selidiki dengan menanyakan (wawancara) lansung keberbagai pihak terkait. Dari penyelidikan ini ditemukan kesalahpahaman. Ketiga putra terdahulu  pernah tidak mengakui bahwa Huta Balian adalah adik mereka. Perselisihan ini terus berlanjut smpai +/- 4-5 abad lama nya (dengan taksiran masa hidup Ompu Toga Gultom sekitar tahun 1400 masehi), yang membuat kasus ini semakin membingungkan dikarenakan tidak adanya turi-turian resmi   yang menyatakan bahwa Ompu Toga Gultom pernah menikah dua kali, atau pernah mangain (mengadopsi) anak. Untuk menghadapi permasalahan seperti ini sangatlah diperlukan suatu kebijaksanaan dan pemikiran serta persaudaraan yang kuat. Katakanlah pernah Ompu ini menikah duakali dan dipernikahan yang terakhir banyak pihak-pihak terkait di zaman itu tidak menyetujui sehingga menimbulkan sakit hati, tetapi karena sudah terjadi...? haruskah buah dari pernikahan yang kedua turut juga di benci dan di musuhi ? dalam hal ini Ompu Huta Balian, kalau lah memang pernah Ompu ini mangain bukankah berarti sang anak yang diadopsi tersebut  serta merta menjadi anaknya juga secara ikatan bathin. Peristiwa-peristiwa  masa lalu ini adalah hal yang wajar dan di tambah karena tidak adanya turi-turian yang menjelaskan akan hal kejadian, sehingga sungguh tidak beralasan untuk memusuhi, menjauhi juga untuk tidak menyertakan    keturunan (Ompu Huta Balian) dalam hal paradaton (prosesi setiap adat).
Berikut ini Saya ingin menyalin kembali sebuah dokumen sejarah yang masih tersimpan  di tahun 1978 berkaitan dengan  "Persatuan Toga Gultom" dalam upaya perdamaian perselisihan ini :

THEMA KESATUAN DIDALAM PERSATUAN GULTOM & BORUNA SE-INDONESIA
DISEBUT DALIHAN NATOLU

1. SOMBA TU HULA-HULA  
2. MANAT MARDONGAN TUBU  
3. ELEK TU PARBORUON      
Filsafat/Berbentuk umpasa/umpama dari nenek- moyang dahulu kala.
Untuk mendukung pepatah yang tiga bahagian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Bintang na rumiris, tu ombun sumorop. Anak pe sai riris dohot boru pe sai torop.
2. Tubu hariara di holangholang ni huta. Tubu anak na marsangap dohot boru na martua.

4. NA OLO MANGIHUT JALA OLO PANGIHUTAN
KETERANGAN-KETERANGAN  

1.1 Bintang. Molo tarbereng bintang, ndang sarupa idaon. Adong do na torop sainganan, jala digoari ma i Bintang SipariamaAdong do na torop jala songon na marihur. Digoari ma i Bintang Sialasungsang. Adong do na marsinondang apala tiur sahali. I ma digoari Bintang Sihapu-hapu. Adong do na marodorodor huhut torang sondangna. I ma digoari Bintang Sidongdong. Jala adong do muse bintang  i na midopidop huhut punjung songon na asing sian donganna. Alai sasude bintang i masiboan rumangna alai ndang masilatean, ndang masi hosoman. Ndang didok natorop i : Tadabu ma bintang na midopidop  i, suang songon i bintang na tiur i ndang didok : Taonjarhon ma i tu toru (tadabu). Sasude bintang i masiboan kewajibanna be. Naeng songon i do bangso i na nimaksud ni umpama /umpasa ni natuatua.

1.2 Ombun. Molo ombun i parmulaan ni aek (mual/tapian). Mual/aek/tapian. I ma na mambahen hangoluan ni manisia dohot hangoluan ni sasude dohot angka bintang, suang songon i nang hangoluan ni suansuanan. Suang songon i do na nimaksud ni hata ni umpama i tu sude manisia. Molo adong mual, manang beha pe hagagalak ni api boi do mate i. Maksudna : manang beha pe hagagalak ni parbadaan boi mintop bahenon ni mual, i ma sian Dame dohot sian Hata ni Debata Tuhanta i na tumompa Manisia hita jolma. 

2.1 Hariara. molo tabereng hariara, adong tolu bagian siberengonta di hariara. Parjolo : Molo dung disuan hariara, pintor lomak do bulungna idaon, jala lomo do roha hundul di bonana, alai boi parlinggoman bulungna tung ro pe ari. Paduahon : Molo dung balga hariara i, pintor sai dipataridahon do uratna tu ginjang. Sai lomo do roha ni halak sude hundul di uratna i huhut mangkatai na denggan. Jala digoari do i Partungkoan, ala sai tusi do Parpunguan ni angka Raja laho marhata. Patoluhon : Molo marparbue hariara i, marias ni roha do nang angka pidong. Ala adong di hariara i sipanganonna, marpungu ma saluhut tu hariara i. Maksudna : Molo songon i nang bangso i denggan pangalahon dohot pambahenanna tu donganna diida halak, lomo do roha ni halak mardomu tu sibahen na denggan i. Boi ma terpimpin nang ngoluna dihilala disi, gabe adong ma las ni rohana tongtong.
2.2 Mangihut, jala pangihutan. Hata mangihut boi ma jaloon ni roha mangihuthon na denggan dohot mangihuthon na maju tu na denggan. Huhut mangihuthon jaman, ndang boi mangalo jaman. Jadi jaman i do manontuhon siihuthononhon. Molo hita nunga lobi 350 taon mangihuthon Tona ni angka ompunta sian jaman na jolo. Hape molo piningkirpingkiran songon na so adong do pola kemajuan na boi mambahen las roha. Ala ni i, asa boi hita saonari gabe pangihutan, naeng ma songon na nimaksud ni Umpama na di ginjang i, huhut mangihuthon jaman, i ma jaman saonari. Jaman saonari i ma Generasi Baru, Orde Baru, Pembangunan Baru, Kesatuan Baru.

PODA SIAN NATUATUA NAJOLO

1. Na so jadi aritonmu bolonmu
2. Na so jadi tiptiponmu ganjangmu
3. Na so jadi hurhaonmu manuk ni halak manuduhi jomur mu
4. Na so jadi paluaonmu anak ni babi, pamasukhon anak ni aili
Hatoranganna songon na di toru on ma
1.1 Mangarit bolon i ma mangorui bilanganna
1.2 Paeteketekhon donganna dohot paoruoruhon derajat ni donganna (menghina donganna)
2.1 Manitip ganjangna, i ma na mangalatei donganna, asa unang maju. Goarna i ma late.
3.1 Mangkurha manuk ni halak, i ma na sai olo manjou halak na asing laho mangantoi na di ibana molo adong paraloan, na so jumolo paboahon tu donganna samarga (dongan tubu)
4.1 Paluahon anak ni babi, pamasuk anak ni aili, i ma na mamboan politik tu donganna.
Jadi boi ma dapot songon na di toru on.
1. Sitingkos ni ari
2. Sijujur ni ningor
3. Ninggala sibola tali
4. Hatian si b. timbangan (mungkin maksudnya Parhatian so ra monggal)
Jala  dapot ma dibenarkan songon Hata ni Debata, tarsurat di Bibel. Mateus 5:5-9. Rom 12 :15-21 dohot di Yesaya 57:15. I ma kesimpulanna jala sian Debata do i.
Inilah yang dihubungkan dari filsafat Nenek Moyang untuk Kesatuan Gultom & Boruna.
Oleh Ketua Umum Pdt. Ev. M Ama ni Ester Gultom.
Dan menyerukan : Selamat ! Berkesatuan Gultom & Boruna. Seluruh Indonesia. Horas ! Amen !
Kesatuan didalam PERSATUAN GULTOM dan BORUNA yang saya muliakan. Bapak-bapak dan Boru yang saya hormati : Gultom dan Boruna. Sidang / Hadirin yang saya sayangi. Marilah kita sebentar merenungkan dan memperhatikan permulaan (tumbuhnya) Kesatuan ini. 

1. Memang sudah lebih satu tahun yang lalu sudah ada "gerakan" untuk Kesatuan Gultom dan Boruna kepada saya sendiri. Dan gerakan ini sudah pernah saya perbincangkan kepada kawan Gultom, diwaktu berbincang-bincang diantara Gultom dan Boruna dimana-mana tempat, tetapi satu orangpun diantara kawan (dongan tubu), yang mendengar saran-saran dari saya untuk kesatuan Gultom dan Boruna, tidak ada yang menyetujui malahan membantah sebab mereka yang mendengar itu rupanya tetap diselimuti pesan (tona) dari orang tua dahulu kala. 

2. Tetapi pada tanggal 2 Januari 1978 kembali saya digerakkan oleh Rohul kudus untuk mengkonsep Filsafat Nenek Moyang Batak dalam bentuk Umpasa/Umpama :
1.Bintang na rumiris tu ombun na sumorop, Anak pe sai riris dohot boru pe sai torop.
2.Tubu hariara di holangkolang ni huta, Tubu anak na marsangap dohot boru na martua, Na olo mangihut jala na olo pangihutan...
Saya renungkan pengertian umpasa-umpasa tersebut. Dan digerakkan menghubungkan kedalam Firman Tuhan yang tercantum didalam Alkitab (Bibel) : Mateus 5:5-9, Roma 12:15-21 dan Yesaya 57:15. Tahap demi tahap selama 10 hari saya menghubungkan Filsafat Nenek Moyang Batak kedalam Firman Tuhan tersebut diatas, maka saya mengambil kesimpulan bahwa marga Gultom dan Boruna ada baiknya mengadakan Persatuan didalam Kesatuan.


3. Tetapi saya melihat dan memperhatikan diri saya bahwa hal ini saya tidak sanggup melaksanakannya. Maka saya berusaha untuk mencari yang lebih pintar dan yang lebih sanggup dari saya untuk melaksanakan gagasan yang sudah digerakkan Tuhan ini. Tetapi jawaban mereka yang saya jumpai itu, tidak mungkin ada persatuan didalam kesatuan diantara Gultom dan Boru yang 4 Ompu (dangka) itu. Mereka semua menjauhkan diri dari saya dan menyatakan tidak mungkin terjadi.


4. Maka sayapun mendengar saran-saran dari yang saya jumpai itu, sangat terharu dan mendiam, tetapi hati saya tidak bisa senang malahan susah memikirkan gerakan yang digerakkan Tuhan kepada saya sendiri.

5. Tetapi pada tanggal 30 Januari 1978 kembali ada gerakan dari Tuhan kepada saya , menggerakkan bahwa konsep untuk Kesatuan Gultom dan Boruna yang saya perbuat itu akan segera saya laksanakan. Maka saya tidak mengengkari lagi gerakan ini maupun sendirian saya. Hanya saya serahkan kepada Tuhan perantaraan Berdoa.

6. Pada tanggal 1 Februari 1978, saya menstencil konsep-konsep yang saya perbuat itu sebanyak 500 lembar dan seterusnya mengirimkan kepada semua Gultom dan Boruna di tiap tempat yang saya ketahui.

7. Sesudah saya kirimkan (edarkan) gagasan untuk kesatuan Gultom dan Boruna ini, saya menyusul dari belakang untuk menjumpai Gultom dan Boru yang telah menerima gagasan ini ke seluruh pelosok-pelosok dan di kota-kota yang ada di Sumatera, untuk menanyakan pendapat mereka mengenai Kesatuan Gultom dan Boruna pada generasi sekarang ini. Kebanyakan diantara mereka prihatin memikirkan bahwa hari-hari yang lalu belum pernah ada gagasan seperti ini. Maka saya memberikan penjelasan-penjelasan yang lebih mantap, maka mereka sadar dan turut mendukung gagasan saya ini. Lalu menurunkan (membubuhkan) tanda tangannya sebagai bukti persetujuannya untuk Kesatuan Gultom dan Boruna yang ada diseluruh Indonesia.

8. Mulai dari tanggal 4Februari 1978 saya tidak ada henti-hentinya menghubungi Gultom dan Boruna untuk Kesatuan tersebut, dan saya menerjunkan diri kemana saja tempat atau ke pelosok-pelosok untuk menjumpai setiap Gultom dan Boruna dari setiap Ompu, dengan tidak memperdulikan teriknya panas matahari dan lebatnya hujan dalam perjalanan. mengingat perincian dari setiap Ompu paling banyak 2 orang untuk musyawarah. dan yang paling mengerikan saya adalah seperti Pomparan ni Parhuta Punjung payah di cari, tetapi harus saya jumpai maupun di tengah-tengah hutan, sebab dari setiap Ompu harus ada untuk membentuk Kesatuan ini.

9. Jadi yang telah setuju untuk Kesatuan/Persatuan ini sudah 172 Ompu sesuai dengan daerah yangtelah saya kunjungi. dan yang 172 Ompu inisudah mengetahui obat penyakit Gultom yang tertanam dibathinnya masing-masing, yang ditanamkan nenek moyang dahulu kala itu dan inilah yang diberi keterangan seluas-luasnya. Yang saya gali dari Umpasa/Umpama juga dari nenek moyang kita sendiri dan saya hubungkan kedalam Firman Tuhanseperti tersebut diatas. Maka semua yang saya jumpai Gultom dan Boruna setelah menerima penjelasan saya tersebut., tidak ada yang engkar untuk Kesatuan Gultom dan Boruna. Dan bagi sebahagian kecil yang tidak setuju dalam Kesatuan ini adalah mereka yang tidak mau menerima hakekat dari Umpasa/Umpama dan Firman Tuhan.


10. Bahwa terbentuknya Kesatuan/Persatuan Gultom dan Boruna, bukanlah kepintaran, kekuatan, maupun kekayaan dari manusia, tetapi adalah berkat Rahmat dan Kasih dariTuhan Yang Maha Kuasa.


11. Kesimpulannya. Dalam pengertian : 
Barang siapa yang menerima Kesatuan ini adalah yang menerima Rahmat/Kasih Tuhan. Dan barang siapa yang tidak menerima (membenci), adalah membenci Rahmat/Kasih Tuhan.


Bapak-bapak dan Boru, marilah kita bersama-sama merawat dan membina Persatuan ini dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya dalam kejujuran, kebenaran dan keadilan demi keutuhan dan kebanggaan Gultom dan Boruna pada masa mendatang.


T e r i m a       k a s i h

Pematang Siantar, 27 Mei 1978

Panitia untuk Musyawarah Besar Gultom dan Boru Se-Indonesia
Ketua Umum,


(Pdt. Ev. M. Ama ni Ester Gultom)


Berikut ini juga terdapat lampiran surat :


KEPADA YTH
KETURUNAN GULTOM DAN BORUNA 
DI MASING-MASING TEMPAT


Dengan hormat, 
             Berhubung dengan adanya Rapat terakhir tanggal 27 mei 1978 di P. Siantar dan Rapat tersebut adalah rapat Gultom Boruna yang akan menjadikan :
MUBES PUNGUAN GULTOM BORUNA SE INDONESIA

Berpusat di P. Siantar dengan maksud tujuan :

Hasadaan Gultom & boruna di bidang adat, Sosial

              Untuk itu kami pengurus sementara meminta daftar nama-nama keluarga sebagai sensus pada MUBES GULTOM BORUNA pada bulan September 1978 yang akan datang.
              Bersama terlampir daftar yang akan diisi keluarga Gultom Boruna.
              Atas kesediaan saudara-saudara kami Pengurus mengucapkan terima kasih

PUSAT PUNGUAN GULTOM BORUNA
               SE INDONESIA
Pengurus Sementara,
      Ketua Umum


(Pdt. Ev. M. Gultom)


Berikut ini guntingan dari sebuah media :

Mubes Persatuan Gultom dan Borunya
P. Siantar, (SP)
    Setelah beberapa kali diadakan pertemuan dari tokoh2 turunan marga Gultom dan borunya  atas prakarsa Pdt. Ev. M. Gultom, untuk maksud tujuan mengadakan persatuan Gultom dan Borunya se Indonesia akhirnya telah mendapat keputusan untuk mengadakan Musyawarah Besar yang akan diadakan tanggal 7 s-d 9 September yad.
    Rapat pembentukan panitia Mubes tersebut telah diadakan di gedong serba guna HKI P. Siantar dalam akhir Mei yang lalu, dimana telah tersusun panitia sbb : 
      Penasehat : Op. Rumasta Gultom, Gustafa Gultom pimpinan Serindo, Pdt. ML. Gultom, Op. Lenny Gultom, Ketua Umum I, II, III, IV : Pdt. M. Gultom, Justin Gultom, Sumarlin Gultom, J. Piter Gultom, Op. Marbun Gultom. Sekretaris Umum I, II, III, IV : A. Hotman Gultom, Drs. BA S Gultom, Agus Gultom, A. Lisfen Gultom, sedang dari boru masing2 : Op. Laski Simanjuntak, M. Simorangkir, A. Simare2 dan B. Manurung. Bendahara : Syah M. Gultom. SH, M A. Gultom, Jamalan Gultom, A P. Gultom dan dari pihak boru : Drs. T. Panjaitan, I Siahaan, Juliaman Damanik, A Ruslan Pakpahan.
       A. Simare2 sekum menjelaskan pada SP bahwa susunan panitia tersebut telah mewakili keempat rumpun Gultom. Dalam Mubes yang akan merumuskan usaha2 bidang sosial, tugu yang antik, mendirikan CV dan NV bahkan membantu pelajar2-mahasiswa persatuan Gultom seperti mendirikan asrama, pemberian beasiswa dsb. (WS)

2.1 Raja Gultom
Huta Toruan (Tujuan Laut) (II)
Hutapea (II)@
Huta Bagot (II)
Huta Balian (II)

Somorong (III)
Palang Namora br Sirait (III)@
Si Punjung (III)

Tumonggo Pulo (IV)
Namora Lontung (IV)
Namora Sende (IV)
Raja Urang Pardosi (Datu Tambun) br Sirait (IV)@

Namora Sosuharon (Tamba Tua) (V)
Baginda Raja (Lumban Dolok) (V)
Saribu Raja (Si Babiat) (V)
Patisabungan (Natumingka) br Simanjuntak (V)@

Datu Marrayar...? (VI)
Si Poya Nabegu (Si Poya Ulu Balang) br Simanjuntak (VI)@
Barita Raja...? (VI)
Op Leanon (VI)
Si Buat Narurus (Op Ni Hutana) (VI)

Op Juang (VII)
Op Rodang (VII)@
Tuan Somor (VII)

Op Paribuan (VIII)
Op Manggarang (VIII)
Op Dagar (VIII)@
Op Binjorat (VIII)
Op Sotaburon (VIII)

Op Raja Si Pulut (IX)
Op Batu Raja (IX)
Op Panaluksuk (IX)@

Op Dagar II br Pakpahan si Mora (X)@
Op Marulam (X)
Op Raja Ihat (X)

Op Leman (Ja Gea) br Sarumpaet (XI)@
Op Bolak (XI)

OpTurngak br Sormin (XII)@
Guru Marojim br Harianja (XII)

1. Op Jumaham (Ja Pandogolan) (XIII)@
1.1 br Pakpahan...
1.2 br Sitinjak...
1.3 br Panjaitan (XIII)
2. Ja Mariak...br (?) (XIII)
3. ...(?)...br Rambe (XIII)

1.1 (br Pakpahan) 
1.1.1 Op Oloan br Pakpahan dan br Siahaan (XIV)

1.2 (br Sitinjak) 
1.2.1 Op Bungaran br Sitinjak (XIV)@
1.2.2 Op Tumonggur br Pakpahan (XIV)
1.2.3 Op Janna br Harianja (XIV)
1.2.4 (br ?) Panjaitan (XIV)

1.3 (br Panjaitan) 
1.3.1 Op Pancamotan (XIV)
1.3.2 Kasibul br Minangkabau (XIV)
1.3.3 (br ?) Simanjuntak (XIV)

Op Marta br Sinaga (XV)@
Op Nur Aini br Siregar Siagian (XV)
A Newren (XV)
(br ?) Mangunsong (XV)

A Marta (Raden Bungaran) br Simanjuntak dan br Simamora (XVI)
Tuan Richie (Anwar Binsar) (XVI)@
A Mei (Mangasa Hasudungan) br Panjaitan (XVI)
(br ?) Jawa / Mangunsong (XVI)
(br ?) (XVI)

Juni 20, 2009

THE LEGEND II - PADAN

PADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).

Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:
Togu urat ni bulu,
toguan urat ni padang
Togu nidok ni uhum
toguan nidok ni padan

Bulan na so boi ubahon
Padan na so boi osehon

Kita mencoba untuk membagi 2 jenis padan ini, yakni sebagai berikut:
1.Marga yang masih mempertahankan ruhut Bongbong
2.Padan antar yang berlainan marga
3. Padan antar sesama satu keturunan (Sorba Di Banua) tapi telah berlainan marga

Masing-masing padan tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Di sini kita hanya memberi daftar (list) marga-marga yang salin berkaitan tersebut. Seperti yang kita ketahui secara umum bahwa marga-marga besar terbagi menjadi 5 besar marga yakni :
1. Marga Borbor Marsada (Gabungan marga Raja Borbor dengan Limbong, Sagala Malau)
2. Marga Lontung

3. Marga Ambaton (Lebih populer dengan sebutan Parna)

4. Marga Nai rasaon

5. Marga Nai Suanon (Lebih populer dengan sebutan Sorba di Banua)

1.Marga yang masih mempertahankan Ruhut Bongbong
1.1 Marga-marga dalam ikatan Borbor Marsada
1.2 Marga-marga Parna (+/- antara65-67 marga)
1.3 Sinaga Pande-Situmorang Pande-Pandiangan Pande (Lontung)
1.4 Sinaga Suhut Ni Huta-Situmorang Suhut Ni Huta (Lontung)
1.5 Pakpahan Lumban Bosi-Sitinjak (Lontung)
1.6 Nainggolan-Siregar (Lontung)
1.7 Marga-marga keturunan Sonak Malela (Sorba Di Banua)
1.8 ....................?

2. Padan yang berlainan marga
2.1 Sitorus (Nai Rasaon)-Hutajulu,Hutahaean,Aruan (Sorba di Banua)
2.2 Sitorus Pane (Nai Rasaon)-Nababan(Sorba di Banua)
2.3 Sitorus Boltok (Nai Rasaon)-Silaban (Sorba Di Banua)
2.4 Manurung (Nai Rasaon)-Simamora(Sorba Di Banua)
2.5 Manurung (Nai Rasaon)-Huta Barat (Sorba Di Banua)
2.6 Butar-butar (Nai Rasaon)-Manalu (Sorba Di Banua)

3.Padan antar sesama satu keturunan (Sorba Di Banua) tapi telah berlainan marga


3.1 Tampubolon-Sitompul
3.2 Tampubolon-Silalahi
3.3 Panjaitan-Sibuea
3.4 Panjaitan-Sinambela,Manullang
3.5 Sitindaon, Naibaho-Sihombing Lumban Toruan
3.6 Sihotang-Marbun
3.7 Purba-Marbun Lumban Batu
3.8 Manalu-Marbun Banjar Nahor
3.9 Huta Barat-Silaban





Juni 19, 2009

THE LEGEND I -SILSILAH RAJA RAJA BATAK

SILSILAH RAJA-RAJA BATAK



Raja Odap-Odap Q Boru Deak Parujar

Raja Ihat Manisia Q Boru Itam Manisia


Sampai 10 generasi


Raja Domia
(Nuh)-----Versi...Timut Tengah ?
(Manu)---Versi Hindus ?


  1. Raja Miok-Miok (Sem---Semith/Asia)
  2. Patundal Nabegu (Ham---Eropa)
  3. Aji Lapas Lapas (Yafet---Afrika)

Dari Suku Bangsa Asia (India)

  1. Indian (Amerika)
  2. Dravidas (Hindia Muka)
  3. Malaya (Hindia Belakang)
  1. Batu Holing----------(Keling)
  2. Raja Monggala--------(Benggali)
  1. Raja Indo-Indo
  2. Raja Indo-Pati

Proto Melayu

Berkembang menjadi 8 Suku :

  1. Karen
  2. Igorot
  3. Toraja
  4. Bontoc
  5. Ranau
  6. Meo
  7. Tayal
  8. Wajo


(75.000-30000 tahun)
Terdapat suku bangsa Nomaden yang mendiami
P. Sumatera, di sekitar pegununga Batak yang
bernama gunung Pusuk Buhit (GunungToba)
Gunung ini meletus yang mengakibatkan pendu
duk di sekitar area tersebut banyak yang tewas
dalam bencana ini. Suku bangsa/ manusia yang
terhindar dari bencana kemudian menyelamatkan
diri sampai perbatasan Birma dan Thailand.
Keberadaan mereka di sekitar area bencana dapat
di simpulkan berdasarkan penelitian dan penggalian
sejarah di sekitar situs tersebut yakni gunung dan
danau Toba (merupakan akibat dari aktivitas Vulkanik)



Purba Di Poltak--------- Syam
Purba Di Holing -----Birma


Eng Banua


Ihat Manisia
(kembali lagi ke tempat asal nya Pusuk Buhit setelah ribuan tahun ; Versi...?)

Sitenggal Di Banua


Ompu Pulo Morsa
(kemungkinan Raja Batak I dinasti Sori Mangaraja)
(Dinasti Sori Mangaraja terddiri dari 90 generasi ; Versi...?)


Aji Tantan Debata


  1. Raja Hatorusan (MelayuPadang
  2. Singa Raja Batak (Tanah Batak)
  3. Raja Aceh (Gayo dan Alas)


  1. Silo Nabolon
  2. Tanggor Nakhoda (Toraja,Filipina)
  3. Raja Bugis
  4. Siak Ni Banua (Jambi & Riau)



Raja Batak (Juonggu Ni Tano)


1.Raja Ilontungan (Pustaha Lak-lak)

2.Raja Isombaon (Pustaha Tumbaga)




1.Raja Muntele

2.Raja Uhum Manisia



1.Martua Raja Doli (Mula Rangsa Hadatuon)

2.Tuan Sori Mangaraja (Mula Torsa Harajaon)


1.Toga Datu (Ompu Raja Bonang-Bonang)

2.Raja Itukaon



1.Guru Tatea Bulan (Ilontungan)

2.Raja Sumba (Isombaon)




Silsilah Si RAJA BATAK umum nya di tulis mempunyai 2 orang putera (versi umum dari yang di atas) dalam penulisan silsilah menjadi sebagai berikut :


Raja Batak

  1. Guru Tatea Bulan (Ilontungan)
  2. Raja Sumba (Isombaon)



Guru Tatea Bulan (Ilontungan) 
1.1   Raja Uti
1.2   Saribu Raja
1.3   Limbong Mulana
1.4   Sagala Raja
1.5   Silau Raja
1.6   Si Boru Pareme
1.7   Si Boru Anting Sabungan
1.8   Si Boru Biding Laut
1.9   Si Boru Sanggul Haomason
1.10 Si Boru Nan Tinjo (tidak menikah).




2.SARIBURAJA


2.1 Raja Lontung
2.2 Raja Borbor
2.3 Raja Babiat

2.1 RAJA LONTUNG
 
2.1.1 SINAGA RAJA menikahi boru Limbong (Adik)
Sinaga Raja
Sinaga
Simanjorang----Perangin Benjerang (Karo...?)
Simandalahi
Berutu (Dairi)
Perangin-angin (Karo)
Caniago.............(Minangkabau)


2.1.2 TUAN SITUMORANG menikahi boru Limbong (Kakak) - (lebih dulu menikah)
Situmorang
Sitohang
Ringo-ringo
Rumapea
Padang Batang hari (1) (Pakpak)*
Soliin (1) (Pakpak......?) 


2.1.3 PANDIANGAN RAJA
Pandiangan
Gultom
Samosir---------Harianja
Pakpahan
Sitinjak
Perangin Sebayang (Karo)
Selian (Pakpak-Dairi)
Soliin (2) (Pakpak......? )*


2.1.4 TOGA NAINGGOLAN
Nainggolan
Batuara
Parhusip
Lumban Raja
Lumban Tungkup
Lumban Siantar
Huta Balian
Pusuk
Buaton
Nahulae


2.1.5 SIMATUPANG

Simatupang
Toga Torop
Sianturi
 Siburian


2.1.6 ARITONANG
Aritonang
Ompu Sunggu
Raja Gukguk
Si Mare-mare


2.1.7 SIREGAR

Siregar
Silo/Sormin
Dongoran
Silali----------------Ritonga...?
Siagian


2.2 RAJA BORBOR
SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Mangiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.

Menurut hasil
kongres Borbor Marsada (16 Mei 1937 di Lagu Boti) anak Raja Borbor sbb :
2.2.1 Raja Hatorusan
Op Tuan Raja Doli (Datu Talaibabana)
Datu Rimbang Saudara
Datu Altong
Sahang Mata Ni Ari (Simargolang)
Op Sindar Mata Ni Ari (Datu Mombang Napitu)

2.2.2 Tuan Sidamanik
2.2.3 Datu Singar (Harahap)
2.2.4Parapat
Munthe
Jambe
2.2.5 Matondang
Ramu
Munthe
Padang
Sapu
2.2.6 Sipahutar
Daulae
2.2.7 Sitarihoran
2.2.8 Gurning (1)--------?*
2.2.9 Rambe (1)--------?*
2.2.10 Saruksuk

2.2.1 Raja Hatorusan
Anak nya yang pertama
(Ompu Tuan Raja Doli/Datu Talaibabana) berkelana ke Sibisa negeri Raja Nai Rasaon. Di sanalah ke-4 putera nya lahir :
1. Saribu Raja II/Datu Pompang Bala Saribu

2. Saribu Dolok

3. Raja Hatioran

4. Jambe Raja.

1.Saribu Raja II
Datu Pompang Bala Saribu :
1.Tanjung Dolok (Tanjung)
2.Sahang Maima
Pulungan
Tumonggo Lubis
3.Rimbang Saudara (Datu Dalu)
Saribu Raja III (Pasaribu)
Aji Malim (Harahap)---------Versi lain nya
4.Raja Dohang (Batu Bara)


2.3 RAJA BABIAT
SI RAJA BABIAT Anak ke tiga dari Raja Lontung ini melahirkan marga-marga :
2.3.1 Angka
2.3.2 Babiat
2.3.3 Bahorok
2.3.4 Basilan
2.3.5 Kian
2.3.6 Lausan
2.3.7 Lambosa
2.3.8 Paman
2.3.9 Parinduri
2.3.10 Rangkuti
2.3.11 Sebab
2.3.12 Sitabat
2.3.13 Bayoangin


3.LIMBONG MULANA
Limbong
Habeahan
Kabeahan
Takar
Padang (2) (Pakpak...?)*


4.SAGALA RAJA--------------------------Sagala


5.SILAU RAJA (Malau Raja)
Pase Raja------------------Lambe Raja
Manik
Ambarita
Gurning (2)*



RAJA SUMBA (ISOMBAON)
Raja Sumba
  1. Tuan Sori Mangaraja
  2. Raja Asi-asi--------------------- ke Dairi--Tanah Karo
  3. Sangkar Somalidang-----------ke dairi---Tanah Karo


TUAN SORI MANGARAJA

(Permaisuri I)


Boru Anting Sabungan Permaisuri I (Nai Ambaton)

Tuan Sorba Di Julu
1.Simbolon Tua
Simbolon
Tinambunan (Semua nya di Pakpak)
Tumanggor
Maharaja
Turutan
Pinayungan
Nahampun

2.Tamba Tua
Tamba
Rumahorbo
Siallagan
Rea
Sidabutar
Sijabat
Siadari
Sidabalok


3.Saragi Tua
Tuan Binur
Simalango
Saing
Simarmata
Nadeak

Saragi Napitu
Saragih...........................Simalungun
Sidabungke


4.Munthe Tua
Munthe
Sitanggang--------Manihuruk-------Sidauruk
Turnip
Sitio
Sigalingging------Tendang
Banuarea
Manik...?
Gaja--------Berasa
Ginting Munthe (Karo)



Permaisuri II

Boru Biding Laut (Nai Rasaon)

Tuan Sorba Di Jae (Datu Pejel)
1.Raja Mardopang
Sitorus-------------Pane....? (Angkola)
Sirait
Butar-butar

2.Raja Mangatur
Manurung


3.Raja Purba
(Simalungun-----(Tarigan)--(Karo)------ (Versi....?)


Permaisuri III

Boru Sanggul Haomason (Nai Suanon)

Tuan Sorba Di Banua menikah dengan Permaisuri I Nai Anting Malela (Boru Borbor)

1.Sibagot Nipohan

1.1 Tuan Sihubil
Tampubolon
Barimbing
Silaen

1.2 Tuan Somanimbil
Siahaan--------Nasution (Mandailing)
Simanjuntak
Hutagaol

1.3 Tuan Dibangarna
Panjaitan----Pohan (Mandailing)
Silitonga
Siagian--------Pardosi
Sianipar

1.4 Sonak Malela
Mangunsong
Marpaung
Napitupulu----Pardede


2.Sipaettua
2.1 Pangulu Ponggok
Hutahaean
Aruan
Hutajulu

2.2 Partano
Sibarani
Sibuea
Sarumpaet


2.3 Pardungdang
Pangaribuan
Hutapea


3.Silahisabungan

3.1 Silahi Raja (dari Permaisuri I boru Nai Ambaton)

3.2 Si Aloho (dari Permaisuri II boru Padang Batang hari)
Situngkir------Sipangkar
Sipayung (Simalungun)
Pandia (Karo)
3.3 Sondiraja
Dolok Saribu
Sinurat
Nadapdap
Naiborhu
3.4 Sinabutar----Kombara
3.5 Sinabariba....Colia (Karo)
3.6 Sidebang-----Boliala (Karo)
3.7 Pintubatu

3.8 Tambunan (dari Permaisuri III boru Datu Pejel)



4.Si Raja Oloan (Permaisuri I boru Limbong)
4.1 Naibaho--------Sitindaon
Ujung (Pakpak)
Angkat ( Dairi)
Bintang
Kudadiri
Manik
Sinamo
Capa

4.2 Sihotang------- Manik
Lingga
Barus (Karo)
Surbakti (Karo)

(Permaisuri II boru Borbor)
4.3 Bakkara
4.4 Sinambela
4.5 Sihite
4.6 Manullang



5.Raja Hutalima
Maha--------Meliala (Karo)
Sambo
Pardosi



Tuan Sorba Di Banua menikah dengan Permaisuri II Boru Si Basopaet (boru Raja Majapahit...?)

1.Raja Sobu

1.1 Sitompul

1.2 Hasibuan
1.2.1 Hutabarat
1.2.2 Panggabean------Simorangkir
1.2.3 Hutagalung
1.2.4 Hutatoruan
Hutapea
Lumban Tobing


2.Raja Sumba II
2.1 Toga Simamora Permaisuri I (boru Raja Lontung)
2.1.1 Purba
2.1.2 Manalu
2.1.3 Debata Raja----Simamora-------Babiat (bergabung dengan turunan
Raja Babiat anak ke-3 Saribu Raja)

Permaisuri II boru Pardosi turunan Raja Hutalima
2.1.4 Tuan Sumerham-----------Rambe (2)*

2.2 Toga Sihombing
menikah dengan boru Raja Lontung (isteri abang nya)
2.2.1 Silaban
2.2.2 Lumban Toruan----------Sihombing
2.2.3 Nababan
2.2.4 Hutasoit


3.Nai Pospos
3.1 Toga Marbun
3.1.1 Lumban Batu
3.1.2 Banjar Nahor
3.1.3 Lumban Gaol

3.2 Martua Same (Toga Sipoholon)
3.2.1 Donda hopol------------(Sibagariang)
3.2.2 Donda Ujung----------- (Hutauruk)
3.2.3 Ujung Tinumpak-------(Simanungkalit)
3.2.4 Jomita Mangaraja-----( Situmeang)